Kenapa Orang Mempermasalahkan Gen Z?

 Kenapa Orang Mempermasalahkan Gen Z?

    

    Gen Z, generasi yang lahir antara akhir 1990-an sampai awal 2010-an, sering banget jadi bahan omongan. Ada yang bilang mereka kreatif dan visioner, tapi nggak sedikit juga yang nyinyir—ngeluh soal sikap mereka yang katanya "berbeda" dari generasi sebelumnya. Tapi, kenapa sih orang-orang suka mempermasalahkan Gen Z? Yuk, kita kupas satu-satu.


1. Terlalu "Bebas" dan Nggak Sesuai Norma Lama

    Gen Z tumbuh di era digital yang serba terbuka. Mereka nggak takut ngomong apa yang ada di pikiran mereka, meski kadang pendapatnya bikin orang tua geleng-geleng. Misalnya, soal kerja—banyak dari mereka nggak mau terjebak di pekerjaan 9-to-5 yang monoton. Mereka lebih suka hustle di dunia kreatif atau bisnis online. Buat generasi sebelumnya, ini sering dilihat sebagai "malas" atau "nggak realistis", padahal Gen Z cuma lagi cari cara hidup yang lebih fleksibel.


2. Ketergantungan Sama Teknologi

    Orang sering nyinyir soal Gen Z yang matanya nempel banget sama layar HP. Dari bangun tidur sampe mau bobo lagi, mereka nggak jauh dari gadget. Bagi generasi yang dulu main di lapangan atau nonton TV bareng keluarga, ini bikin khawatir. Mereka takut Gen Z kehilangan "kehidupan nyata" gara-gara kebanyakan main di dunia maya. Padahal, buat Gen Z, dunia digital itu justru tempat mereka berkarya dan nyambung sama orang lain.


3. Cara Komunikasi yang Beda

    Gen Z punya bahasa sendiri—dari "slay" sampe "sus"—yang sering bikin orang bingung. Mereka juga lebih suka chat atau kirim meme daripada ngobrol langsung. Buat yang terbiasa sama komunikasi formal atau tatap muka, ini bisa terasa "dingin" atau nggak sopan. Tapi sebenarnya, ini cuma cara mereka beradaptasi sama zaman yang serba cepat.


4. Dianggap Kurang Tangguh

    Ada anggapan bahwa Gen Z terlalu sensitif atau gampang ngeluh. Mereka terbuka soal kesehatan mental dan nggak ragu bilang "aku capek" kalau memang lagi burnout. Buat generasi sebelumnya yang dibesarkan dengan motto "tangguh meski susah", ini sering dilihat sebagai kelemahan. Padahal, Gen Z justru lagi coba normalisasi bahwa nggak apa-apa buat jujur sama perasaan sendiri.


5. Beda Prioritas

    Gen Z sering dikritik karena nggak ngikutin "jalur hidup" tradisional—kuliah, kerja kantoran, nikah, punya anak. Banyak dari mereka yang lebih milih ngejar passion, traveling, atau bahkan nggak mau punya anak demi hemat biaya dan jaga lingkungan. Ini bikin orang tua mereka bingung, karena dulu sukses diukur dari stabilitas, bukan kebahagiaan personal.


Kesimpulan

    Orang mempermasalahkan Gen Z karena ada jurang besar antara nilai lama dan baru. Tapi kalau dipikir-pikir, setiap generasi selalu punya "masalah" di mata pendahulunya. Gen Z cuma lagi bawa perubahan yang sesuai sama zaman mereka—dan mungkin, yang kita lihat sebagai "masalah" ini justru jadi kekuatan mereka di masa depan.

Komentar